Pages

12.27.2010

Pemimpin Bersih Untuk Kota Batam


Berbicara mengenai pemimpin mengingatkan kita pada pesta demokrasi sebelumnya yang banyak membuat masyarakat merasa bingung dan bertanya-tanya “milih atau golput”, hal ini mungkin dikarenakan mereka tidak mendapati sosok pemimpin yang mereka idamkan atau karena mereka kurang informasi mengenai visi misi dari masing-masing calon. Itulah realita pemilu di Indonesia, jadi tidak ada yang dapat dipersalahkan rasanya kalau tingkat golput meningkat hingga saat ini.
Masalah kepemimpinan telah disebutkan sejak sebelum proses penciptaan manusia. Sebagaimana Sabda Allah dalam Al Baqarah 30: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
Disinilah kata “Khalifah” yang secara harfiah berarti successor atau wakil/penerus kekuasaan (Allah) menjadi sangat penting untuk dipahami. Dalam definisi yang lebih operasional, Khalifah berarti memerintah sesuai dengan Al-Quran dan teladan dari Rasulullah SAW. Dan bila dipelajari lebih teliti kata Khalifah tidak menganjurkan jabatan permanent dan  sukses adalah bagian dari konsep Khalifah.
Kita rakyat Indonesia memimpikan sosok pemimpin yang bisa membawa negara ini ke arah yang lebih baik dan bisa memenuhi harapan rakyat jelata. Jadi sebagai rakyat kita harus tetap memiliki kriteria pemimpin idaman yang pantas membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik, bukan hanya menginginkan tahta semata tetapi juga siap memikul amanah besar serta sebagai suri tauladan bangsa juga tentunya siap mengambil semua resiko yang terjadi.
Kini, kembali kota Batam mengadakan pesta demokrasi dalam rangka pemilihan wali kota Batam yang akan dilaksanakan pada 5 Januari 2011. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, ternyata masyarakat lebih menekankan kriteria pada sosok pemimpin yang bersih artinya tidak pernah tersangkut kasus hukum terutama korupsi, disaat banyak pejabat terindikasi melakukannya. Sehingga masyarakat berharap agar kasus korupsi serupa tidak terjadi lagi pada pemerintahan berikutnya dan hal ini, menjadi modal dasar untuk membangun tata pemerintahan yang bersih dan transparan.
            Berkaitan dengan keinginan kita memiliki seorang pemimpin yang dapat memimpin bangsa ini menjadi lebih baik, maka kita perlu pemimpin yang dapat menjadi teladan. Keteladanan merupakan salah satu kunci terpenting yang tercermin pada sikap pemimpin, yaitu tidak menyuruh orang sebelum ia sendiri yang mengerkjakan serta tidak melarang orang lain sebelum ia melarang diri sendiri. Seorang pemimpin dipastikan akan jatuh ketika tidak ada kesamaan antara perkataan dan perbuatan. Allah juga. Dan Allah juga membenci orang-orang yang tidak mengerjakan apa-apa yang ia katakan.
            Keteladanan menjadi sangat penting karena saat ini rakyat Indonesia hampir kehilangan sosok pemimpin yang bisa menjadi panutan. Karena setiap perilaku yang dilakukan oleh seorang pemimpin, terkadang menjadi contoh bagi jajaran serta masyarakatnya baik yang positif ataupun negatif. Tidak dapat kita pungkiri seperti korupsi, yaitu menyalahgunakan wewenang yang diamanahkan. Menurut saya pemimpin yang korupsi itu adalah pemimpin yang tidak mempunyai bekal dan tentunya mereka orang-orang yang berpikiran pendek, yang tidak berfikir jauh kedepan dan yang tidak peduli terhadap citra suatu bangsa khususnya bangsa Indonesia.
Lalu tawadhu, tawadhu merupakan sifat yang berlawanan dengan sifat takabur. Karena sifat takabur begitu buruk, dan ini merupakan sifat yang terburuk. Seperti dalam firman Allah yang artinya, “Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya terdapat takabur walau sebesar biji dzarroh".
Bertanggung jawab juga merupakan sifat yang terpenting yang harus ada dalam diri seorang pemimpin, karena kehormatan seorang pemimpin adalah keberaniannya untuk berada di barisan depan dalam mengemban amanah atau tanggung jawab. Juga harus teguh pendirian dan konsisten artinya dapat dipegang perkataannya dan tidak berubah sewaktu-waktu, jadi seorang pemimpin yang senang berubah pendirian tidak akan dapat memimpin bangsa dengan baik.
Kepintar juga penting karena di dalam menyikapi suatu masalah diperlukan ilmu pengetahuan dan tingkat kecerdasan yang tinggi, apalagi permasalahan yang menyangkut orang banyak, tentunya menyangkut negara Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang yang tidak main-main dalam penyelesaian masalahnya.
Pemimpin juga harus dapat mensejahterakan rakyatnya dan lebih peduli terhadap rakyat-rakyat jelata. Sebagian mereka adalah pemimpin masa depan yang harus diperhatikan dan dibina sejak dini, jangan biarkan masa depan mereka suram. Karena mereka memiliki hak yang sama dengan kita semua.
Lalu dapat menegakkan keadilan hukum, pengistimewaan terhadap suatu kaum terutama dalam masalah hukum hanya akan menjadikan benih bagi lahirnya ketidakadilan, pemimpin idaman juga harus bisa menciptakan suatu hukum yang netral dan ia harus tegas dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Di sini yang bertindak sebagai penegak hukum bukan hanya pemerintah saja, tetapi juga aparat-aparat yang terkait dan kita masyarakat Indonesia tentunya.
Seorang pemimpin juga harus dapat menciptakan rasa aman. Pemimpin idaman harus bisa melindungi rakyatnya dari ketakutan, mulai dari ketakutan politik, ekonomi, sosial budaya sampai ketakutan moral. Allah SWT berfirman “karena sesungguhnya orang yang paling tepat yang kamu pekerjakan adalah orang yang fisiknya kuat dan dapat dipercaya.” (Q.S. Al-Qashash : 26).
Mengembangkan kebiasaan bermusyawarah, seperti dalam perintah Allah SWT “Musyawarahkanlah segala urusan dengan mereka.” (Q.S. Al Imran : 159). Untuk mewujudkan masyarakat masa depan yang makmur dan maju, pemimpin idaman sangat perlu melaksanakan kebiasaan bermusyawarah. Masyarakat masa depan tidak menginginkan lagi pemimpin yang otoriter.
Kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin itu tidak hanya terletak pada orang lain saja, tetapi juga terletak dalam diri kita masing-masing. Untuk menumbuhkan jiwa seorang pemimpin kita perlu banyak mengembangkan potensi/bakat-bakat yang kita punyai dan melakukan banyak latihan dasar mengenai kepemimpinan.
Yang perlu kita ingat bahwa kesempatan kita untuk memilih seorang pemimpin itu hanyalah dalam pemilihan umum. Semua calon dalam pemilihan umum itu pasti menawarkan janji untuk meraih simpati massa. Jangan mudah tertipu oleh janji mereka, tetapi pelajarilah pengalaman mereka (track record). Semoga kita segera mendapatkan pemimpin idaman yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Siapapun yang terpilih nanti, gerak kita jangan berhenti sampai di sini saja. Kita memiliki tugas besar yaitu mengontrol mereka yang terpilih ketika memegang kekuasaan di pemerintahanan. Terutama dalam hal kebijakan yang kurang pro terhadap rakyat.

No comments:

Post a Comment